Yogyakarta, 29 Agustus – 2 September 2025 — Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ISI Yogyakarta kembali menorehkan prestasi akademik sekaligus artistik melalui penyelenggaraan pameran tunggal karya dosen tetapnya, Dr. Sn. Indiria Maharsi, M.Sn. Pameran bertajuk “Spiritual Vision” ini berlangsung pada tanggal 29 Agustus – 2 September 2025 di Bentara Budaya Yogyakarta, salah satu ruang seni terkemuka yang kerap menjadi wadah bagi berbagai seniman untuk menampilkan gagasan, ekspresi, sekaligus refleksi kehidupan melalui karya seni.
Pameran ini memiliki posisi yang istimewa karena menjadi kelanjutan dari pameran bertajuk “Lelaku Neges Serah Sareh” yang sebelumnya diselenggarakan pada bulan Juli 2025. Pameran tersebut merupakan bagian dari rangkaian ujian doktoral yang berhasil menghantarkan Bapak Indiria menyelesaikan studi doktoralnya. Jika dalam “Lelaku Neges Serah Sareh” karya-karya ditampilkan sebagai wujud pertanggungjawaban akademik, maka “Spiritual Vision” hadir sebagai pengembangan sekaligus penghayatan yang lebih personal, menyeluruh, dan reflektif terhadap perjalanan spiritual maupun perjalanan kreatif sang seniman.
Dalam “Spiritual Vision”, Bapak Indiria kembali menghadirkan karya-karya yang terinspirasi dari wayang beber, salah satu bentuk seni tradisi Jawa yang sarat akan makna filosofis dan simbolis. Wayang beber dipandang tidak hanya sebagai media naratif tradisional, tetapi juga sebagai sarana komunikasi spiritual yang menghubungkan manusia dengan nilai-nilai kehidupan, kearifan lokal, serta dimensi transendental. Melalui pendekatan visual kontemporer, Bapak Indiria mengolah kembali idiom-idiom wayang beber sehingga mampu berbicara dengan bahasa baru yang relevan dengan audiens masa kini, tanpa meninggalkan akar tradisi yang melatarbelakanginya.
Lebih dari sekadar karya artistik, pameran ini membawa gagasan besar bahwa seni sejatinya bukan hanya sesuatu yang dapat dinikmati secara estetis melalui mata ragawi, melainkan juga sebuah medium untuk menghadirkan pengalaman spiritual. Setiap goresan, komposisi, dan visualisasi yang ditampilkan mengandung pesan dan energi yang memungkinkan audiens untuk tidak sekadar melihat, tetapi juga merasakan dan mengalami. Di sinilah letak kekuatan “Spiritual Vision”: ia mengundang pengunjung untuk masuk ke ruang perenungan, untuk melihat seni sebagai pintu masuk menuju kedalaman jiwa dan spiritualitas.
Bagi Bapak Indiria sendiri, karya-karya yang dipamerkan merupakan refleksi panjang dari perjalanan hidupnya—baik sebagai pribadi, akademisi, maupun seniman. Proses penciptaan tidak hanya dilakukan dengan keterampilan teknis, melainkan juga melalui laku spiritual, perenungan, dan penghayatan nilai-nilai kehidupan yang dijalani. Dengan demikian, pameran ini tidak hanya berfungsi sebagai presentasi karya visual, tetapi juga sebagai catatan spiritual yang dibagikan kepada publik.
Keberadaan pameran “Spiritual Vision” menjadi penting dalam konteks pendidikan seni di perguruan tinggi. Pertama, ia menunjukkan bahwa seni di ranah akademik tidak berhenti pada aspek teoretis dan metodologis, tetapi juga mampu menembus dimensi filosofis dan spiritual. Kedua, pameran ini memberi teladan bagi mahasiswa dan sivitas akademika ISI Yogyakarta bahwa penciptaan karya seni dapat menjadi jalan pembelajaran yang utuh—yang melibatkan pikiran, perasaan, sekaligus spiritualitas. Ketiga, pameran ini juga menjadi kontribusi nyata ISI Yogyakarta dalam memperkaya khazanah seni rupa kontemporer Indonesia yang berakar pada tradisi lokal, tetapi tetap terbuka pada interpretasi baru.
Melalui “Spiritual Vision”, audiens diajak untuk menyadari bahwa seni dapat hadir sebagai jembatan antara dunia material dan dunia batiniah. Pengunjung yang datang ke Bentara Budaya Yogyakarta bukan hanya disuguhi karya-karya visual yang menarik secara estetis, tetapi juga diberi kesempatan untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan, memahami simbol, dan bahkan merasakan kehadiran energi spiritual di balik karya yang dipamerkan.
Dengan demikian, pameran ini bukan hanya sebuah acara seni rupa, melainkan sebuah peristiwa kultural yang mengingatkan kita bahwa seni memiliki peran yang lebih luas daripada sekadar hiburan atau ekspresi visual. Seni, sebagaimana ditunjukkan oleh karya-karya Bapak Indiria, dapat menjadi ruang perjumpaan dengan diri sendiri, dengan tradisi, dan dengan dimensi spiritual yang melampaui batas-batas material.
Pameran “Spiritual Vision” diharapkan dapat memberikan inspirasi, pencerahan, serta pemahaman baru bagi para pengunjung tentang peran seni dalam kehidupan manusia. Seperti halnya perjalanan spiritual yang selalu bersifat personal sekaligus universal, karya-karya dalam pameran ini terbuka untuk ditafsirkan secara beragam sesuai pengalaman masing-masing audiens. Pada akhirnya, seni bukan hanya tentang apa yang terlihat, tetapi juga tentang apa yang dirasakan, direnungkan, dan dihidupi.




