Lincak Sleman Mendunia: Inovasi Desain Bambu dari ISI Yogyakarta ke Industri

Lincak Sleman Mendunia: Inovasi Desain Bambu dari ISI Yogyakarta ke Industri

Sleman, 28–30 Oktober dan 3–5 November 2025 — Bambu telah lama dikenal sebagai material alami yang kokoh, ringan, lentur, mudah dibudidayakan, serta memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Namun demikian, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menilai bahwa pengembangan produk bambu di Kabupaten Sleman masih terhambat oleh keterbatasan kemampuan pelaku usaha kecil dalam menghasilkan desain yang inovatif. Kondisi ini membuat produk bambu lokal cenderung seragam, saling meniru, dan terjebak dalam persaingan harga, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pasar global yang menuntut variasi desain yang lebih fungsional dan estetis.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) yang berada di bawah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tahun anggaran 2025, menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Pengembangan Desain Kerajinan Furniture Bambu Tradisional untuk Merespon Pasar Global”. Program ini menghadirkan pelatihan pengembangan desain furnitur tradisional “Lincak” sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Sleman. Keterlibatan akademisi menjadi sangat penting dalam proses kreatif untuk mendorong munculnya desain yang lebih inovatif dan kompetitif, sekaligus menjaga keberlanjutan seni tradisi dan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program pengabdian kepada masyarakat ini diinisiasi oleh tim dosen ISI Yogyakarta—Martino Dwi Nugroho, Ismael Setiawan, Danang Febriyantoko, dan Yulianto Purwono Prihatmaji—bersama para mahasiswa: Muhammad Fikri Hanafi, Zafirah Sitty Hartania Aurellia, dan Aldi Rianafaldo. Pelaksanaan kegiatan berkolaborasi dengan mitra utama Rosse Bambu serta bekerja sama dengan Yayasan Bambu Saktya Mulia dan Bambooland. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas dan inovasi kerajinan bambu Sleman melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia, sehingga pelaku industri mampu menghasilkan desain baru yang sesuai kebutuhan pasar, khususnya bagi mitra Rosse Bambu.
Rosse Bambu, yang berlokasi di sentra industri bambu Gentan, Seyegan, merupakan kelompok usaha yang produktif dalam menghasilkan berbagai kerajinan dan furnitur bambu. Namun, seperti pengrajin bambu lain di Sleman, kelompok ini masih menghadapi hambatan dalam pengembangan desain. Selama bertahun-tahun, desain produk cenderung mengikuti permintaan pembeli dan belum menunjukkan perkembangan signifikan, sehingga berpengaruh pada daya saing kelompok maupun posisi industri bambu Sleman sebagai komoditas unggulan. Melalui pelatihan desain yang diselenggarakan, program ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan inovasi sehingga produk—khususnya Lincak—mampu bersaing di pasar global.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama enam hari, pada 28–30 Oktober dan 3–5 November 2025, bertempat di Yayasan Bambu Saktya Mulia dan Rosse Bambu. Pelatihan terbagi menjadi dua sesi, yakni sesi workshop konsep desain dan workshop Produksi. Sebanyak 20 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pengrajin menghasilkan 10 rancangan set lincak-meja dengan sistem knockdown dan folding. Selain itu, program ini juga akan memproduksi dua prototipe lincak berupa kursi dan meja dengan sistem serupa. Prototipe tersebut direncanakan untuk diserahkan kepada Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Sleman sebagai model pengembangan desain Lincak khas Sleman.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID