Yogyakarta, 8 Juli 2025 Institut Seni Indonesia Yogyakarta melalui Fakultas Seni Rupa dan Desain resmi meluncurkan Motor Listrik Tenaga Surya “Saraswati SEV (Solar Electric Vehicle)” sebuah karya inovatif yang menggabungkan seni, desain, dan teknologi ramah lingkungan. Proyek ini digagas dan dikembangkan oleh tim dosen FSRD sebagai bentuk kontribusi nyata dunia seni dalam menjawab tantangan mobilitas masa depan yang berkelanjutan.
Acara ini dihadiri dan diresmikan langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang melakukan simbolisasi peluncuran dengan menekan tombol peresmian pada podium hijau yang telah dilengkapi dengan logo para sponsor. Podium ini menghadap langsung ke arah Solar Electric Vehicle, sebagai titik utama prosesi peluncuran. Setelah peluncuran resmi, Wamendiktisaintek mencoba langsung kendaraan ini dengan melakukan uji berkendara berkeliling area kampus ISI Yogyakarta, melintasi jalur FSRD, PSP, FSMR, asrama mahasiswa, dan kembali ke Creative Hub ISI Yogyakarta sebagai titik akhir.
Pengembangan Solar Electric Vehicle ini merupakan hasil kolaborasi lintas program studi, yang tergabung dalam Tim Task Force Solar Electric Vehicle berdasarkan SK Rektor ISI Yogyakarta Nomor 180/IT4/HK/2025. Tim ini diketuai oleh Lutse Lambert Daniel Morin, M.Sn., dan beranggotakan dosen-dosen FSRD yang kompeten di bidang desain dan teknologi, seperti Muhamad Sholahuddin, S.Sn., M.T., Hadiyan Yusuf Kuntoro, S.T., M.Eng., Yulyta K. Prasetyaningsih, S.T., M.T., dan Dony Arsetyasomoro, S.Sn., M.Ds.
Motor beroda tiga ini menggabungkan daya listrik dan energi surya melalui pemasangan panel fotovoltaik, sehingga dapat digunakan secara efisien tanpa ketergantungan penuh pada pengisian daya konvensional.
Makna dan konsep bentuk dari Solar Electric Vehicle diambil dari pemaknaan lingkungan di Yogyakarta. Salah satu penyangga atap pada Solar Electric Vehicle terdapat ornamen Putri Mirong, simbol ini sangat penting dalam budaya Jawa, khususnya di Yogyakarta, yang mencerminkan keanggunan dan kekuatan perempuan dalam masyarakat dan perkembangan keilmuan. Dalam konteks arsitektur, Putri Mirong dapat diinterpretasikan sebagai elemen yang memperkaya estetika ornamen, terutama pada soko guru/penyangga sebuah bangunan di Yogyakarta.
Makna Filosofis soko guru, sebagai tiang penyangga dalam Solar Electric Vehicle, tidak hanya berfungsi sebagai ornamen estetis tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam. Tiang pada Solar Electric Vehicle menjadi penyangga yang melambangkan kekuatan dan stabilitas, serta menjadi simbol dari hubungan antara dunia fisik dan spiritual. Dalam desain ornamen Simbolisme dan Estetika Putri Mirong dalam ornamen soko guru menciptakan sebuah dialog antara keanggunan feminin dan spiritualitas. Ornamen ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai ungkapan dari identitas budaya spiritualitas masyarakat Jawa yang kaya untuk menciptakan ruang keindahan secara visual dan sarat makna.
Bentuk spark boar Solar Electric Vehicle dari bentuk becak karena becak adalah kendaraan angkutan umum masyarakat tradisional yang ada di Yogyakarta. Bentuk desain ini sebagai kepedulian terhadap penghargaan perkembagan teknologi tradisional sampai modern di Yogyakarta. Tujuannya adalah menciptakan kendaraan ramah lingkungan yang tetap mempertahankan identitas budaya tradisional, sekaligus menjembatani perkembangan teknologi dari era tradisional hingga modern. Simbol perpaduan harmoni antara tradisi Jawa dan teknologi futuristik. Dengan mempertahankan bentuk ikonik becak namun memperkenalkan fitur modern, konsep ini menjaga warisan budaya sekaligus membawa Yogyakarta menuju smart heritage city melalui ISI Yogyakarta.
Desain lampu belakang Solar Electric Vehicle merupakan salah satu elemen penting dari desain kereta kuda tradisional, memiliki makna yang mendalam dan multifaset. Aspek makna dari lampu andong yang terintegrasi dengan bentuk dan fungsi sebagai perjalanan yang aman dan nyaman. Dalam konteks budaya, lampu ini menjadi simbol dari tradisi transportasi yang telah ada sejak lama di Yogyakarta. Dengan mempertahankan desain lampu andong ini tidak hanya berfungsi sebagai moda transportasi, tetapi juga sebagai pengingat akan sejarah dan budaya lokal yang kaya. Lampu andong dihiasi dengan ornamen yang mencerminkan seni dan kerajinan lokal, memberikan daya tarik estetika yang khas. Ini menunjukkan bahwa fungsi dan keindahan dapat berjalan beriringan dalam desain kendaraan tradisional. Lampu andong juga berfungsi sebagai elemen identitas budaya yang kuat. Dengan adanya lampu andong dalam Solar Electric Vehicle, moda transportasi ini tidak hanya berfungsi untuk transportasi, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Simbol dari interaksi sosial dan ekonomi yang positif di masyarakat dan perkembangan teknologi tradisional menuju modern.
Yang membanggakan, pengembangan Solar Electric Vehicle turut melibatkan kerja sama dengan mitra industri nasional yaitu; PT Senli, PT Energi Baru Terbaharukan, PT Chitose Internasional Tbk.
Kolaborasi ini menjadi bentuk nyata sinergi antara perguruan tinggi, dunia industri, dan komunitas kreatif dalam menghadirkan inovasi yang aplikatif dan berdampak.
“Proyek ini membuktikan bahwa seni dan desain tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga dapat menjadi solusi konkret terhadap isu energi dan lingkungan. Kerja sama dengan mitra industri memungkinkan transfer teknologi dan memperkuat hasil inovasi kami,” ujar Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., Rektor ISI Yogyakarta yang juga bertindak sebagai pelindung tim.
Peluncuran Solar Electric Vehicle diharapkan menjadi pionir dalam pengembangan kendaraan listrik berbasis seni desain di lingkungan perguruan tinggi, serta membuka peluang bagi kolaborasi riset lebih luas ke depan.
Author : Lutse Lambert D.M.








