Bantul, 21–23 November 2025 — Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kembali menghadirkan Diskomfest, festival kreatif dua tahunan yang telah menjadi ruang eksplorasi dan perayaan kreativitas bagi mahasiswa, pelaku industri kreatif, serta masyarakat luas. Memasuki penyelenggaraan ke-9 sejak pertama kali digelar pada tahun 2004, Diskomfest 9 berlangsung pada 21–23 November 2025 di lingkungan kampus ISI Yogyakarta, berpusat di Concert Hall dan Gedung Serbaguna.
Sebagai festival yang tumbuh bersama perkembangan desain di Indonesia, Diskomfest terus menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menampilkan karya sekaligus membangun jejaring kreatif lintas kampus dan lintas disiplin. Tahun ini, Diskomfest 9 mengusung tema “Re-Kreasi”, sebuah ajakan untuk kembali meninjau dan meresapi proses kreatif sekaligus memahami kembali peran desain dalam kehidupan masyarakat. Tema ini menegaskan bahwa desain tidak hanya berkutat pada visual, tetapi juga pesan, narasi, serta makna yang dapat dipahami oleh siapa saja.
Semangat tersebut dikemas melalui kampanye media sosial #marimeresapi, sebuah seruan agar masyarakat kreatif meluangkan waktu untuk menengok kembali karya, gagasan, serta proses kreatif yang telah dilalui. Dalam konteks pendidikan desain, ajakan ini menjadi landasan penting untuk mendorong perenungan, literasi desain, dan kreativitas yang lebih berkesadaran.
Sebagai festival multidisiplin, Diskomfest 9 menghadirkan agenda yang lebih variatif dibandingkan edisi-edisi sebelumnya. Selama tiga hari, pengunjung dapat mengikuti pameran karya mahasiswa, bazar kreatif, workshop, talkshow, diskusi, hingga pertunjukan musik. Tahun ini, panitia menghadirkan susunan kegiatan harian sebagai berikut:
Hari Pertama (21 November 2025):
Pembukaan Diskomfest 9 diisi dengan sejumlah program yang merayakan kreativitas lintas medium:
Screening dan diskusi bersama komunitas film KAMISINEMA, menampilkan karya pendek pilihan yang kemudian dibahas bersama para pembuat film muda. Graffiti Jamming, sebuah sesi kolaboratif terbuka bagi para street artist dan pengunjung untuk berkarya bersama di area kampus, menyoroti kebebasan ekspresi visual di ruang publik. Panggung musik mahasiswa dan alumni, menampilkan talenta-talenta dari lingkungan DKV ISI Yogyakarta. Malam hari ditutup dengan penampilan spesial dari FSTVLST, band rock asal Yogyakarta yang menjadi salah satu ikon skena musik independen Indonesia. Kehadiran FSTVLST menegaskan komitmen Diskomfest untuk merayakan musik sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem kreativitas.
Hari Kedua (22 November 2025):
Fokus hari kedua adalah penguatan literasi desain, jejaring kreatif, dan dialog antarpelaku industri: Talkshow Project AGNI, mengupas proses kreatif dan riset desain yang dikembangkan para mahasiswa dan praktisi.
Srawung Desain, forum berbagi wawasan yang menghadirkan tiga narasumber utama: Dimas Nurcahyo dari Lokakola, Amar Leina Chindany, dosen DKV ISI Yogyakarta, dan Sabiq Rusydi dari Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI).
Sesi ini menjadi ruang interaksi yang membuka peluang kolaborasi, memperluas perspektif mahasiswa terhadap industri, dan memperdalam pemahaman mengenai tantangan desainer masa kini.
Hari Ketiga (23 November 2025):
Puncak Diskomfest 9 diisi dengan kegiatan bertaraf internasional: Talkshow dan workshop digital coloring bersama Bryan Valenza, Exclusive Colorist Marvel Comics yang telah berkarya di banyak judul komik ternama. Kehadiran Bryan memberikan pengalaman langsung mengenai standar industri global, alur kerja profesional, hingga dinamika industri komik internasional.
Pertunjukan musik penutup, dirancang sebagai selebrasi rangkaian kegiatan Diskomfest 9.
Diskomfest 9 tidak hanya melibatkan mahasiswa ISI Yogyakarta, tetapi juga mengundang delegasi dari berbagai kampus DKV lain di Indonesia, menciptakan forum temu lintas institusi yang memperkuat ekosistem pendidikan desain nasional. Pertemuan ini membuka ruang dialog, memperkaya wawasan, serta memperkuat jejaring kreatif antar generasi dan antar wilayah.
Di sisi lain, kehadiran praktisi kreatif internasional seperti Bryan Valenza menjadi bukti komitmen panitia dalam menghadirkan pengalaman belajar yang relevan dengan standar industri global. Interaksi semacam ini memberi kesempatan mahasiswa untuk memahami bagaimana kompetensi lokal dapat bersaing dan berkontribusi dalam lanskap internasional.
Melalui tema “Re-Kreasi,” Diskomfest 9 ingin mendorong masyarakat kreatif untuk kembali menelaah proses, bukan hanya hasil. Dengan derasnya produksi konten visual di era digital, literasi desain menjadi kebutuhan mendesak agar masyarakat dapat memahami nilai, konteks, dan pesan dari berbagai bentuk komunikasi visual.
Dengan menyatukan pameran, diskusi, workshop, kolaborasi, dan pertunjukan seni dalam satu festival yang inklusif, Diskomfest 9 diharapkan dapat menjadi ruang perayaan sekaligus refleksi — tempat ide dipertukarkan, jejaring dibangun, dan kreativitas tumbuh secara berkelanjutan.













